Wednesday, October 16, 2013

NASIONALISME MAHASISWA


NASIONALISME MAHASISWA
Oleh: Sahril

Ibarat nyawa bagi manusia, nasionalisme adalah jantung kehidupan suatu negara. Ia adalah tiang utama tegaknya suatu negara. Nasionalisme atau kesadaran nasional adalah istilah yang sudah biasa kita dengar. Penguasa maupun rakyat yang bekerja untuk mempertahakan kedaulatan dan keagungan negaranya adalah wujud nasionalisme yang hidup. Nasionalisme, dengan demikian, pada hakikatnya adalah manifestasi kesadaran nasional dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara.
Namun kesadaran nasional tidak timbul begitu saja. kesadaran nasional atau manifestasi nasionalisme nyata terlihat ketika melawan kolonialisme pada zaman penjajahan. Meski demikian, nasionalisme sejatinya tidak bergantung semata-mata karena adanya kolonialisme pada zaman penjajahan.
Andaikata kesadaran itu bergantung pada kolonialisme maka nasionalisme akan berhenti setelah kolonialisme lenyap atau nasonalisme tidak ada sebelum ada penjajahan. Kenyataannya , kesadaran nasional tetap ada meskipun tidak ada kolonialisme, atau setelah setelah kolonialisme itu lenyap, akan tetapi bagaimana wujud nasionalisme itu pada saat ini, terutama pada mahasiswa yang memiliki gelar sebagai kaum intektual.
Mahsiswa sekarang justru mulai memudarkan nasionalisme, mahasiswa tidak peduli lagi dengan keadaan bangsa, jika mengaca pada perkataan soekarno, kolonial bukan semata-mata penjajahan secara fisik, tetapi secra imprealis, entah itu imprealis lewat ideologi maupun budaya. Apa yang sekarang mahasiswa lakuakan.? pada penerapan orde baru kita kenal dengan ideologi pembangunan, dan merosotnya indonesia pada era prareformasi akibat dari krisis ekonomi, mengapa indonesia mengalami krisis ekonomi.? hal seperti ini karena imperealis dari bangsa barat, dengan ideologi pembangunan, salah satunya adalah pembanguna dari sektor perekonomian. Dampaknya dari ideologi pembanguna bisa di tinjau dari sejarah pemerintahan soeharto selama 32 tahun yang mimbul suatu harapan-harapan yang berlebihan oleh masyarakat atas kehiduapan material yang komsumtif.
Apa yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini, ketika krisis ekonomi melanda, mereka malah apatis, tak mau berbicara tentag bangsanya, kekolektifan yang tampak hanyalah sebuah omong kosong, nilai eksistensi mereka tidak menanamkan nilai Humanis, mereka lebih cendrung mementingkan kehidupan seint, daripada met-seint.
Parahnya lagi mahasiswa saat ini telah terjebak dalam dunia hidonis, mahsiswa telah terlena bahkan budaya yang tampak sekilas dari kehidupan sehari-harinya tidak menampilkan ciri khas nilai kekolektifan sebagai bangsa indonesa, mahasiswa sekarang apatis terhadap perjuangan. Jika kita bertanya satu persatu mahasiswa, apa tujuannya kuliah, rata-rata jawabannya adalah ingin dapat kerja. Bukan ingin mendapatkan ilmu yang akan dikembangkan untuk berbakti terhadap nusa dan bangsa, bukan untuk menyesejahterakan bangsa akan tetapi menyesejahterakan dirinya sendiri dan keluarganya.
Setelah peperangan ideologi (perang dingin terjadi) setelah beberapa negara komunis yang kuat sebut saja unisoviet atau yang kita kenal sekarang Rusia runtuh, kini perekonomian dunia telah dikuasai oleh kaum-kaum liberal, dalam kasus realitas kaum-kaum liberal yang lebih mendekati kapitalis. Budaya kapitalis ini adalah penjajahan terhadap ekonomi rakyat premitif, jika kita melihat ruas-ruas jalan, apa yang kita lihat banyak warung-warung kecil yang sudah mulai di tutup, karena tak mampu bersaing dengan kaum-kaum borjuis di era globalisasi.
Kemanakah kaum-kaum yang berintelektual (Mahasiswa). Jika ditinjau dari sejarah revolusi pada Rusia, alasan yang sangat kuat mengapa lambatnya revolus pada rusia adalah bangsa rusia tidak mampu menciptakan kaum-kaum feodal yang berada pada pihak tengah, akan tetapi mereka ikut pada jalan kapitalis. Sehingga tidak ada artinya sebuah revolusi itu. Ekonomi rusia masih saja dikuasai oleh pihak asing. Hal ini pula yang tampak pada bangsa indonesia lebih dari 30 Perusahaan asing menyebar di indonesia. Dengan beberapa  sumber daya alam (SDA) di indonesia dikuasai oleh pihak asing. Kemanakah bangsa indonesia, bagaimana bangsa indonesia, terutama mahasiswa yang mendapatkan gelar sebagai kaum intelek.
Mahasiswa sendiri terpuruk dan terjebak dalam dunia romantisme, dan kehidupan Hidonis, mereka aman-aman saja dalam konsep imperealisme. Baik itu imperalisme Fisik (tetapi ini sudah jarang ada dalam realitas) maupun Non Fisik (secara ideologi).
Rasa aman ini hanya dinikmati oleh orang-orang tentu saja, hanya ada pada kalangan borjuis saja, bagaimana dengan kalangan rakyat jelata (orang-orang yang memiliki penghasilan di bawah rata-rata). Mereka hanya bisa menangis menganggap perkembangan zaman ini sebagai sebuah fatamurgana. Ini sebuah cerminan yang tampak pada mahasiswa, mereka cendrung hanya ingin menjadi orang-orang komsumtif, latas mampukah orang yang di bawah rata-rata ikut pada sebuah zaman ini, sedangkan di indonesia rakyatnya masih di bawah rata-rata yang memiliki pola penghasilan lebih.
Ini bukan hanya berdampak pada status perasaan, kini sesua dengan globalisasi, wanita lebih cendrung memilih laki-laki yang bermodal, lantas bagaiman dengan laki-laki yang memiliki tingkat perekonomian dibawah rata-rata. Sifat yang tampak pada realitas adalah deskriminalisasi. Bagimana selogan bangsa kita kesejahteraan jika masih ada yang teraliensi pada suatu masyarakat. Apakah kita akan mengikuti pola ini. Bahkan dalam pertarungan pendidikan sudah melakukan jalan kotor, siapa yang bermodal uang banyak maka mereka yang bisa bersekolah di sekolah favorit, dan bersekolah lebih tinggi lagi.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa.? Mahasiswa harus merubah kebiasaan ini, dengan menanamkan jiwa nasionalisme, dan mencerdaskan anak bangsa memulai pada dirinya dan memberikan kesadran pada orang lain tanpa, pamrih dengan niatan tulus demi berkembangnya pola masyarakat indonesia yang madani, tanpa ada pembodohan. Masyarakat premitif harus diajarkan bagaimana dalam tatanan sosialnya sesuai dengan kebutuhannya.
Pemerintah harus memberikan pelatihan bercocok tanam dan pemanfatan lahan kepada para buruh tani minimal pada setiap daerah, tetapi bukan hanya menyuruh saja akan tetapi ikut mengontrol perkembangannya. Dan tugas seorang mahasiswa, ikut serta dalam berjuang memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat dalam bentuk kegiatan bakti sosial, sesuai dengan 3 Darma Peguruan Tinggi, agar bukan hanya menjadi sebuah Icon saja akan tetapi terealisasikan kepada kehidupannya.
 Menanamkan jiwa nasionalisme dengan kesadara bahwa setiap bangsa dan negara di dunia ini senantiasa berusaha untuk mewujudkan cita-cita dan kepentingan nasionalnya.  Demikian juga halnya dengan bangsa dan negera Indonesia.  Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, tujuan bangsa Indonesia membentuk suatu pemerintahan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila.
Guna menjamin tetap tegaknya Negara Republik Indonesia dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, maka sumber daya manusia menjadi titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan sebagai potensi bangsa yang mampu melaksanakan pembangunan maupun mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang berasal dari dalam maupun luar negeri. BANGSA TANPA KAUM INTELEKTUAL BAGAIKAN BADAN TANPA KEPALA*****

No comments:

Post a Comment