NASIONALISME
MAHASISWA
Oleh: Sahril
Namun kesadaran nasional tidak
timbul begitu saja. kesadaran nasional atau manifestasi nasionalisme nyata
terlihat ketika melawan kolonialisme pada zaman penjajahan. Meski demikian,
nasionalisme sejatinya tidak bergantung semata-mata karena adanya kolonialisme pada
zaman penjajahan.
Andaikata kesadaran itu bergantung
pada kolonialisme maka nasionalisme akan berhenti setelah kolonialisme lenyap
atau nasonalisme tidak ada sebelum ada penjajahan. Kenyataannya , kesadaran
nasional tetap ada meskipun tidak ada kolonialisme, atau setelah setelah
kolonialisme itu lenyap, akan tetapi bagaimana wujud nasionalisme itu pada saat
ini, terutama pada mahasiswa yang memiliki gelar sebagai kaum intektual.
Mahsiswa sekarang justru mulai
memudarkan nasionalisme, mahasiswa tidak peduli lagi dengan keadaan bangsa,
jika mengaca pada perkataan soekarno, kolonial bukan semata-mata penjajahan
secara fisik, tetapi secra imprealis, entah itu imprealis lewat ideologi maupun
budaya. Apa yang sekarang mahasiswa lakuakan.? pada penerapan orde baru kita
kenal dengan ideologi pembangunan, dan merosotnya indonesia pada era prareformasi
akibat dari krisis ekonomi, mengapa indonesia mengalami krisis ekonomi.? hal
seperti ini karena imperealis dari bangsa barat, dengan ideologi pembangunan,
salah satunya adalah pembanguna dari sektor perekonomian. Dampaknya dari
ideologi pembanguna bisa di tinjau dari sejarah pemerintahan soeharto selama 32
tahun yang mimbul suatu harapan-harapan yang berlebihan oleh masyarakat atas
kehiduapan material yang komsumtif.
Apa yang dilakukan oleh mahasiswa
saat ini, ketika krisis ekonomi melanda, mereka malah apatis, tak mau berbicara
tentag bangsanya, kekolektifan yang tampak hanyalah sebuah omong kosong, nilai
eksistensi mereka tidak menanamkan nilai Humanis, mereka lebih cendrung
mementingkan kehidupan seint, daripada met-seint.
Parahnya lagi mahasiswa saat ini
telah terjebak dalam dunia hidonis, mahsiswa telah terlena bahkan budaya yang
tampak sekilas dari kehidupan sehari-harinya tidak menampilkan ciri khas nilai
kekolektifan sebagai bangsa indonesa, mahasiswa sekarang apatis terhadap
perjuangan. Jika kita bertanya satu persatu mahasiswa, apa tujuannya kuliah,
rata-rata jawabannya adalah ingin dapat kerja. Bukan ingin mendapatkan ilmu
yang akan dikembangkan untuk berbakti terhadap nusa dan bangsa, bukan untuk
menyesejahterakan bangsa akan tetapi menyesejahterakan dirinya sendiri dan
keluarganya.
Setelah peperangan ideologi (perang
dingin terjadi) setelah beberapa negara komunis yang kuat sebut saja unisoviet
atau yang kita kenal sekarang Rusia runtuh, kini perekonomian dunia telah
dikuasai oleh kaum-kaum liberal, dalam kasus realitas kaum-kaum liberal yang
lebih mendekati kapitalis. Budaya kapitalis ini adalah penjajahan terhadap
ekonomi rakyat premitif, jika kita melihat ruas-ruas jalan, apa yang kita lihat
banyak warung-warung kecil yang sudah mulai di tutup, karena tak mampu bersaing
dengan kaum-kaum borjuis di era globalisasi.
Kemanakah kaum-kaum yang
berintelektual (Mahasiswa). Jika ditinjau dari sejarah revolusi pada Rusia,
alasan yang sangat kuat mengapa lambatnya revolus pada rusia adalah bangsa
rusia tidak mampu menciptakan kaum-kaum feodal yang berada pada pihak tengah, akan
tetapi mereka ikut pada jalan kapitalis. Sehingga tidak ada artinya sebuah
revolusi itu. Ekonomi rusia masih saja dikuasai oleh pihak asing. Hal ini pula
yang tampak pada bangsa indonesia lebih dari 30 Perusahaan asing menyebar di
indonesia. Dengan beberapa sumber daya
alam (SDA) di indonesia dikuasai oleh pihak asing. Kemanakah bangsa indonesia,
bagaimana bangsa indonesia, terutama mahasiswa yang mendapatkan gelar sebagai
kaum intelek.
Mahasiswa sendiri terpuruk dan
terjebak dalam dunia romantisme, dan kehidupan Hidonis, mereka aman-aman saja
dalam konsep imperealisme. Baik itu imperalisme Fisik (tetapi ini sudah jarang
ada dalam realitas) maupun Non Fisik (secara ideologi).
Rasa aman ini hanya dinikmati oleh
orang-orang tentu saja, hanya ada pada kalangan borjuis saja, bagaimana dengan
kalangan rakyat jelata (orang-orang yang memiliki penghasilan di bawah
rata-rata). Mereka hanya bisa menangis menganggap perkembangan zaman ini sebagai
sebuah fatamurgana. Ini sebuah cerminan yang tampak pada mahasiswa, mereka
cendrung hanya ingin menjadi orang-orang komsumtif, latas mampukah orang yang
di bawah rata-rata ikut pada sebuah zaman ini, sedangkan di indonesia rakyatnya
masih di bawah rata-rata yang memiliki pola penghasilan lebih.
Ini bukan hanya berdampak pada
status perasaan, kini sesua dengan globalisasi, wanita lebih cendrung memilih
laki-laki yang bermodal, lantas bagaiman dengan laki-laki yang memiliki tingkat
perekonomian dibawah rata-rata. Sifat yang tampak pada realitas adalah
deskriminalisasi. Bagimana selogan bangsa kita kesejahteraan jika masih ada
yang teraliensi pada suatu masyarakat. Apakah kita akan mengikuti pola ini.
Bahkan dalam pertarungan pendidikan sudah melakukan jalan kotor, siapa yang
bermodal uang banyak maka mereka yang bisa bersekolah di sekolah favorit, dan
bersekolah lebih tinggi lagi.
Lantas apa yang harus dilakukan oleh
mahasiswa.? Mahasiswa harus merubah kebiasaan ini, dengan menanamkan jiwa
nasionalisme, dan mencerdaskan anak bangsa memulai pada dirinya dan memberikan
kesadran pada orang lain tanpa, pamrih dengan niatan tulus demi berkembangnya
pola masyarakat indonesia yang madani, tanpa ada pembodohan. Masyarakat
premitif harus diajarkan bagaimana dalam tatanan sosialnya sesuai dengan
kebutuhannya.
Pemerintah harus memberikan pelatihan
bercocok tanam dan pemanfatan lahan kepada para buruh tani minimal pada setiap
daerah, tetapi bukan hanya menyuruh saja akan tetapi ikut mengontrol
perkembangannya. Dan tugas seorang mahasiswa, ikut serta dalam berjuang
memberikan pemahaman kepada masyarakat setempat dalam bentuk kegiatan bakti
sosial, sesuai dengan 3 Darma Peguruan Tinggi, agar bukan hanya menjadi sebuah
Icon saja akan tetapi terealisasikan kepada kehidupannya.
Menanamkan jiwa nasionalisme dengan kesadara
bahwa setiap bangsa dan negara di dunia ini senantiasa berusaha untuk
mewujudkan cita-cita dan kepentingan nasionalnya. Demikian juga halnya
dengan bangsa dan negera Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4,
tujuan bangsa Indonesia membentuk suatu pemerintahan negara adalah untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan
Pancasila.
Guna
menjamin tetap tegaknya Negara Republik Indonesia dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara, maka sumber daya manusia menjadi titik sentral yang perlu dibina
dan dikembangkan sebagai potensi bangsa yang mampu melaksanakan pembangunan
maupun mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG)
yang berasal dari dalam maupun luar negeri. BANGSA TANPA KAUM INTELEKTUAL
BAGAIKAN BADAN TANPA KEPALA*****
No comments:
Post a Comment