*By Sahril
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Kumulai ini dengan salammu berjuang tak sebercanda itu……
Bila mana nafasku
masih berhembus aliran darah sepanas api berkobar menyuarakan semangat diatas
perjuangan. Atau diri yang dulu menata bersama jejak-jejak kita diatas
pelajaran mengenal perjuangan, menelusuri waktu dalam mencari pengetahuan, mengabdi tiada henti, bersuara menyapa angin
kemenangan. Entah angin apa yang berhembus merengguk segalanya, entah arus apa
yang membawa kita mengalir lebih jauh mengikuti jejak zaman dan meninggalkan
diri pada kesepian.
Sahabat, Aku rindu
suara nyanyian kita, serentak berkoar menggaung menerobos keletihan diluar
batas kebiasaan, dicemo’oh oleh mahasiswa hidonis. Lalu kita bercanda perjuangan tak sebercanda itu, kita harus
mampu menerobos dan mengorbankan apa yang menjadi kehendak diri kita dan
mengutamakan apa yang menjadi kehendak bersama. Memang perjuangan tak
sebercanda itu sahabat, tapi aku merindukan perjuangan yang penuh kesan dalam
pengabdian kita, kala letih menyerang atau lawan menghantam kita masih bisa
tetap tertawa bersama disela-sela perjuangan kita.
Aku merindukan
kala kita tertawa membuat orang menangis atas ulah bahasa kita, tapi tangisan
itulah yang membuat kita dekat dengan canda, terkadang kau membuatku kesal atau
aku yang membuatmu kesal, tetapi ego tak pernah kita kedepankan karena kita
dibangun diatas asas bersama. Pengabdian kita membuat mereka takut akan
mendengar nama kita. Terkadang engkau menangis ketika bahasa mulai berkoar. Atas
nama proses dan mimpi, kita mulai membangun semuanya, yang kutahu tiada ego
yang membuat kita merajuk dan kau menangis karena ikhlasnya dan simpatinya diri
pada perjuangan dan pengabdian sahabat.
Perjuangan memang
tak sebercanda itu, sehingga aku merindukan nama kita yang dulu yang dibangun
diatas kepolosan kita, yang sebatas tahu pengabdian dan perjuangan. Buku apa
yang telah kita baca, pengalaman apa yang telah mengajari kita sehingga
keseriusan kita menghilangkan semangat pengabdian dan semakin membuat kita
saling kesepian. Atas dasar ideologi apa yang kita tanamkan pada jiwa kita,
mengapa atas dasar yang sama sangat sulit kini menemukan persamaan lagi
diantara kita. Disisi lain banyak yang sudah hilang begitu saja, lupa atas
ikrar dan sumpahnya. Apakah kau tidak merindukan itu, masa-masa dimana kita berkumpul,
berjuang bersama, saling memberikan pemikiran kita masing-masing, dan saling
bekerja dengan keikhlasan. Entah kita semua yang berubah atau dunia kini telah
berubah kala kita baru saja terbangun dari tidur kita.
Sahabat aku tahu
kini masa kita bukanlah masa yang dulu, yang dulu bukanlah masa sekarang dimana
penerus kita tak seindah kita, kala berjuang bersama. Aku sendiri tidak tahu
mereka bagaimana mereka membangun perjuangan itu, entah siapa yang menanam ego
pada ladang yang begitu suci ketika kita berjanji untuk mengabdi. Jika nafasku
akan terhenti, atau aku tergusur dari ladang pengabdian dan kembali pada jiwa
yang belum mengenalmu. Tak ada harapan bagiku untuk kau bercerita tentang kehidupanku
kepada mereka, akan tetapi aku berharap kau ajarkan perjuangan tak sebercanda
itu, ego bukanlah yang utama, dan tanamkanlah pemahaman terhadap mereka untuk
selalu berjiwa besar, mengutamakan pengabdian dan perjuangan bersama daripada
memecah belah hanya karena ego dan posisi.
Harapku sahabat,
semoga nanti kita semua bisa bertemu diatas cerita lanyaknya diawal kita baru
kali bertemu, bercerita bukan berselisih dan saling membenarkan diri kita
masing-masing, aku merindukan kedekatan kita ngobrol serta bercanda, serius
kala tempat dan wadah kita terancam, bukan mengancam dan merusak. Aku
merindukan kala kita ngumpul bersama dan saling tukar fikiran untuk saling
memberikan motivasi bangkit dan berjuang. Biarkan terik matahari yang merekam,
atau sepanduk-sepanduk yang bercerita. Biarkan tanpa kita bercerita sejarah
akan tetap menampilkan kemesraan kita bersama sahabat. Kemesraan yang dibangun
diatas perjuangan dan pengabdian yang tulus.
Akhirnya dengan penuh rasa kagum dan gembira, tetapi juga menangis
aku berharap perjuangan selalu hidup, pengabdian dibangun diatas ikhlasnya
berjuang tanpa pamrih dan mementingkan ego masing-masing.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Malang, 15 Februari 2015
Sahabat Kalian
No comments:
Post a Comment