Tuesday, March 18, 2014

MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF SOSIALIME DAN SEJARAH


DISUSUN OLEH:

      1.      SAHRIL                                             (110401050004)
      2.      FARIT AZHARI                                (110401050006)
      3.      LUTFI ANAS ZULKARNAIN         (110401050024)024)
4.      ABDURRAHMAN                           (110401050025)



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Masyarakat
Masyarakat adalah sekolompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, teradisi tertentu, konvensi tertentu dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif.
Harus kita ingat, kehidupan kolektif tidak serta-merta bermakna sekelompok orang harus hidup berdampingan disuatu daerah tertentu, memanfaatkan iklim yang sama, dan mengkomsumsi makanan yang sama. Pepohonan di sebuah kebun hidup saling berdampingan, mengonsumsi makanan yang sama. Demikian juga, kawanan rusa yang makan rumput bersama dan bergerak bersama-sama. Namun, baik pepohonan maupun kawanan rusa itu tidak hidup kolektif ataupun membangun sebuah masyarakat.
Masyarakat tersusun dari individu-individu. Apabila tidak ada individu-individu, maka tidak ada masyarakat. Ada beberapa teori yag mencakup masyarakat yaitu:
1.      Teori pertama, susunan masyarakat tidaklah rill. Dengan kata lain, sesungguhnya tidak terjadi persenyawaan-persenyawaan hanya berlangsung apabila akibat aksi dan reaksi dua atau lebih benda timbul fenomena baru dengan segala ciri khasnya, sebagaiman yang terjadi pada senyawa kimiawi.
2.      Teori kedua, kendatipun masyarakat bukanlah senyawa yang riil sebagaimana senyawa-senyawa alamiah lainnya, tetapi masnyarakat merupakan senyawa sintetis. Senyawa sisntetis juga merupakan senyawa riil, walaupun bukan senyawa alamiah.
3.      Teori ketiga, masyarakat merupakan senyawa yang rill seperti senyawa alamiah lainya. Namun, masyarakat merupakan kombinasi pikiran, emosi, hasrat, kehendak, dan budaya, masyarakat bukanlah kombinasi fisik semata. Sekiranya terjadi aksi-reaksi elemen-elemen material, maka akan bisa timbul fenomena baru, atau seperti kata filsuf bahwa bisa ada bentuk baru sehingga muncul senyawa baru. Demikian juga apabila individu-individu manusia memasuki kehidupan sosial, maka yang terbaru adalah semangat sehingga timbul identitas semangat baru yang disebut dengan  “ semangat kolektif”.
4.      Teori keempat, masyarakat adalah senyawa riil dan memiliki aras  kesempurnaannya yang tinggi. Dalam kasus seluruh senyawa alamiah, masing-masing komponennya sebelum berpadu mempuyai identitas. Terlepas dari eksistensi sosialnya, manusia adalah hewan semata-mata mempuyai potensi manusia atau perasaan ego manusia. Pikiran dan perasaan mausia semacam emosi dan hasratnya baru muncul setelah adanya semanagat kolektif.
2.2  Sosialisme
Seperangkat upaya perubahan yang bertujuan menanggulangi eksistensi sistem
industri dan kapitalisme itu dapat dimasukkan dalam istilah “sosialisme” meskipun beberapa sosiolog lebih menyukai makna sosialisme sebagai solusi atas masalah industri, namun sebagian besar sosiolog secara pribadi maupun secara intelektual menentang pengertian yang demikian. Marx adalah pendukung aktif penghancuran sistem penghancuran kapitalisme dan hendak menggantikannya dengan sistem sosialis. Meski Marx tak mengembangkan teori sosialisme namun ia mengahabiskan banyak waktunya untuk mengkritik bebagai aspek masyarakat kapitalis. Ia pun terlibat dalam berbagai aktivitas politik yang diharapkannya dapat membantu melahirkan masnyarakat sosialis
Marx tak sendirian di tahun permualaan perkembangan teori sosiologi. Sebagian besar teoritis di tahun permualaan ini, seperti Weber dan Durrkheim, menentang sosialisme (setidaknya menentag sosialisme seperti yang di impikan Marx). Kendati mereka menyadari adanya berbagai masalah dalam masnyarakat kapitalis, namun menurut mereka, mencoba melakuakan reformasi didalam sistem kapitalisme akan jauh lebih baik ketimbang dukungan marx terhadap sosialisme sebagai ganti kapitalisme. Dalam pembentukan teori sosologi, kekuatan ini memainkan peran yang lebih besar ketimbang dukungan Marx terhadap sosialisme sebagai penggati kapitalisme. Seperti yang kita lihat nanti, sebenarnya, dalam berbagai kasus, pengembangan teori sosiaologi lebih merupakan reaksi yang menentang teori Marxian dan teori sosialis pada umumnya.





2.3  Sejarah
Sejarah adalah cabang pengetahuan yang membahas pristiwa masa lalu dan kondisi, yang berkaitan dengan masyarakat masa lalu ketika di bedakan dengan kondisi yang berkaitan dengan masa pencatatannya disebut peristiwa hari ini yang dinilai, yang diberikan, dan direkam oleh koran harian. Namun begitu masanya lewat, maka setiap peristiwa menjadi bagian sejarah. Oleh karena itu, dalam pengertian ini, arti sejarah adalah cabang pengetahuan tentang kejadian, peristiwa, dan masyarakat masa lalu. Biografi, kisah penaklukan, dan kisah orang-orang termasyhur yang disusun semua bangsa, termasuk dalam katogari ini.
            Dalam pengertian ini, pertama arti sejarah adalah pengetahuan tentag masalah individu, bukan pengertian tentang hukum umum dan aturan pergaulan. Kedua,  sejarah adalah ilmu yang diriwayatkan, ilmu transmisif. Ketiga, sejarah adalah pengetahuan tentang “kebenaran” bukan tentang “menjadi”. Keempat, sejarah berkaiatn dengan masa lalu, bukan masa depan,dan bukan dengan masa sekarang. Dalam terminologi kami, sejarah ini disebut “sejarah transmisif”.
            Kemudian muncul pertayaan apakah yan mengatur sejarah adalah prinsip sebab akibat? Jika ya, maka setiap peristiwa yang terjadi harus dianggap tidak terelakan sehingga harus dia akaui bahwa memang sejarah diatur oleh sebuah tekanan, paksaan, atau kelaziman. Kalu demikian maka posisi prinsip kemerdekaan dan kehendak manusia? Jika peristiwa sejarah memang tidak terelakkan, individu tidak bisa di pandang bertanggung jawab dan juga tidak layak mendapatkan penghargaan, pujian akan kritik, serta cacian. Kalau prinsip sebab akibat tidak di akui efektif, tidak mungkin ada hukum universal, dan jika tak ada hukum universal, maka sejarah tidak memiliki hukum atau norma.  Pasalnya, hukum merupakan cabang dari generalitas, sedangkan hukum generalitas bergantun kepada prinsip sebab akibat. Inilah problem yang dihadapi sejarah ilmiah dari filsafat sejarah.
            Sebagai orang yang cendrung memercayai prinsip sebab akibat dan generalitas menolok prinsip kemerdekaan dan kehendak manusia dalam arti sebenarnya. Apa yang mereka terima atas nama kemerdekaan sesungguhnya tidak begitu. Sebagian lagi justru menerima prinsip kemerdekaan da menolak kalau sejarah itu tunduk pada hukum tertentu. Kebayakan sosiolog berpendapat bahwa prinsip sebab akibat dan kemerdekaan tidak mungkin eksistensinya serentak. Pada umumnya, mereka, cenderung menerima sebab akibat dan menolak kemerdekaan.
            Hegel, mengikuti langkah marx, mendukung keniscayaan sejarah. Dari sudut pandang haegel dan marx, kemerdekaan tidak lain hanyalah kesadaran akan keniscayaan sejarah. Engels mengatakan:
“ haegel adalah orang yang pertama yang mengungkapkan dengan benar hubungan antara kemerdekaan dan keniscayaan. Baginya, merdeka berarti mengapresiasikeniscayaan. Keniscayaan itu buta hanya sejauh ia tidak dapat di mengerti, kemerdekaan bukanlah mimpi bebas dari hukum alam, tetapi kemerdekaan mengetahui hukum alam dan bila dengan pengetahuan ini dapat diarahkan secara sistematis hukum alam untuk tujuan tertentu, ini berlaku untuk hukum alam eksternal da hukum alam yang mengatur eksistensi jasmani dan mental manusia,”
            Setelah menguraikan secara ringkas bahwa karena kondisi khusu sejarah manusia bisa menuju kearah yang di tentukan oleh kondisi ini, kalau kondisi ini bisa diidentifikasi dan di pahami, langkah manusia menjadi efektif. Setiap langkah kearah sebaliknya berarti menentang dan merintangi jalannya sejarah. Melangkah kearah yang ditentukan oleh jalannya sejarah berarti melangkah di jalan sejarah dan ikut dalam prosesnya. Namun petayaan mengenai apa yang di maksud dengan kemerdekaan masih belum terjawab. Mazhab maxis menjawab bahwa individu diakatakan merdeka kalau dia dapat mengapresiasi keniscayaan sejarah da gerakan sosial yang menjadi arah seluruh perjalanan sejarah.
            Kita dapat melihat, disini jelaslah pertayaan ini  tidak dapat menyelesaikan maslah-maslah yang sebenarnya adalah apakah manusia mengendalikan sejarah. Mampukah manusia membawa kondisi kearah kondisi yang di inginkannya? Atau mampukah manusia mengubah jalannya sejarah.? Jika manusia tidak mampu mengarahka jalanya sejarah atau mengubah jalannya sejarah. Kalau tidak, manusia tidak mungkin bertahan hidup. Sekarang pertayaannya, apakah manusia bisa memilih untuk menikuti atau tidak jalan sejarah, da kalau kita perhatikan prinsip superioritas masnyarakat atas manusia dan teori bahwa hati nurani, perasaan, dan sentimen individu hanyalah produk kondisi sosial dan historis, khususnya kondisi ekonominya apakah ada ruang bagi kemerdekaan manusia
            Lantas apa makna pertayaan yang menyebutkan bahwa kemerdekaan adalah mengetahui kewajiaban (keniscayaan). Menurut teori materialisme sejarah, kondisi sosial membatasi ruang gerak manusia, menagarah manusia, membangun kata hati dan personalitasnya, serta menentukan kemauan da pilihannya. Terhadap kondisi sosial ini, manusia tidak ubahnya seperti wadah kosong dan bahan baku belaka. Kalau manusia dianggap produk dari kondisi sosialnya, bukan yang membentuk kondisi sosialnya, dan kalau dinyatakan bahwa kondisi sosial yang ada menentukan nasib manusia, maka jelaslah itu bukan manusia yang menentukan kondis sosialnya kedepan.

2.4  Hubungan sosialisme dengan masyarakat dan sejarah.
Jika kita melihat dari munculnya teori sosialisme diatas maka ada beberapa peran bahwa sosial, akan memunculkan beberapa teori para sosiolog yang akan mengonsep tentang sistem dalam masyarakat, seperti yang diatas sudah kami gambarkan tentang sosialisme. Dan tujuannya jelas bahwa teori sosialime bertujuan membubarka masnyarakat kapitalisme. Menuju masyarakat Sosialis.
Jadi jika diatas sempat kami paparkan tentang pengertian masyarakat adalah sekolompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, teradisi tertentu, konvensi tertentu dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif. Sistem ini terjadi akibat dari sejarah. Jika kita kembali pada sosialis, atau mahluk sosial. Kami akan mengatakan bahwa manusia ini adalah mahluk sosial. Membutuhkan orang lain, maka dari itu sangat dibutuhkannya sistem. Itupun terjadi sehingga muncul teori sosialisme, yang dibawa oleh karl marx.
Dari manakah sistem ini, dan hukum, adat, budaya di dalam masnyarakat, sehingga nantinya akan mempengaruhi, sosial. Ini adalah hukum alam yang terbentuk oleh sejarah. Berbicara budanya dan etika, orang jawa dan madura dalam hal etika itu berbeda, penilain mana yang baik mereka berbeda.
Etika, ini diambil dari kegiatan orang-orang yang hidup sebelum mereka. Dan dikomsumsi sebagai norma. Dan sebagai adat. Jika kita berkaca pada sistem kita dalam penyusunan sistem negara kita tak lepas dari wawasan nusantara.

Bahwa sangat berpengaruhlah individu dalam sosial, dan sosial akan mempenagruhi masyarakat, dan sejarahpun akan mempengaruhi sosial, atau perindividu.

No comments:

Post a Comment